Thursday, October 9, 2008

Ide Awal Film Tanah Terakhir

Rahmawati dan Esti Asmalia dalam sebuah pengambilan gambar di Metro TV
Photo By Emanuel Tome Hayon

***

BERLADANG adalah urat nadi perekonomian masyarakat Dayak pada umumnya. Etnis yang mendiami Pulau Kalimantan ini – termasuk wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam – berladang dengan cara membuka hutan, menanaminya selama beberapa waktu lalu pindah dan membuka hutan baru lagi. Hutan yang ditinggalkan diharapkan akan kembali seperti semula setelah jangka waktu tertentu. Begitu seterusnya selama beberapa kali sampai akhirnya mereka kembali ke hutan yang sama. Proses inilah yang lantas disebut dengan satu periode perladangan gilir-balik.

Orang-orang tua Dayak mengajarkan pada keturunan mereka tradisi berladang yang secara implisit kaya akan nilai-nilai luhur. Setiap tahap perladangan tidak luput dari ritual yang menggambarkan penghargaan dan penghormatan terhadap alam.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, ketergantungan manusia akan sumber daya alam juga makin tinggi. Kondisi ini diperparah dengan masuknya kekuatan modal dari luar yang juga berniat menguasai kekayaan perut bumi Kalimantan. Perebutan kekayaan alam ini lantas menjadikan sikap yang semula arif terhadap alam lambat laun berubah menjadi destruktif.

Berangkat dari keprihatinan akan kerusakan alam yang terjadi terus menerus, lahirlah sebuah keinginan untuk mendokumentasikan kekayaan yang tersisa kedalam bentuk sebuah film dokumenter. Sang Sutradara; Rahmawati (Ema) dan Esti Asmalia (Esti) adalah dua orang perempuan yang aktif pada organisasi non-pemerintah dibidang kehutanan dan lingkungan. Kesamaan cara pandang diantara keduanya lantas membawa mereka bersepakat membuat sebuah proposal film dokumenter berjudul Tanah Terakhir untuk Eagle Award Documentary Competition (EADC) 2008 yang diadakan Metro TV.

Dalam kompetisi bertema ’Hijau Indonesiaku’ Ema dan Esti mengangkat isu pergeseran kearifan masyarakat adat Dayak Ntuka di Dusun Bahake, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Setelah bersaing dengan 300-an proposal dari seluruh Indonesia, dewan juri Pitching Forum¹ yang terdiri dari para praktisi lingkungan dan perfilman memutuskan proposal berjudul Tanah Terakhir menjadi satu dari 5 (lima) proposal terbaik yang akan mendapatkan beasiswa pelatihan dan pembuatan film dokumenter dari Metro TV.***


No comments: